"Omong kosong!" Ucap saya pada diri sendiri begitu mengaku akan berusaha konsisten merekomendasikan lagu seperti tahun-tahun lalu. Huft, nyatanya tidak mudah, ya. Jadi kali ini saya tidak lagi ingin berjanji apapun. Biarlah kegiatan ini menyesuaikan dengan sendirinya..
Yuk, denger!
1. milk. - Human Contact.
Source: https://music.apple.com/ |
Pertama ada milk., sebuah band alternative-pop yang berbasis di Dublin. Lagu yang dirilis Oktober 2022 ini, banyaknya datang dari perasaan kesepian mereka di tengah masa pandemi, "It was written during lockdown in Ireland when we genuinely couldn't see anyone; even each other," aku mereka.
Mengalami masa sulit sebab menjalani kegiatan berulang dan sedikitnya berharap dapat menjalaninya bersama orang terdekat karena sejatinya manusia makhluk sosial, kaaan. Meski demikian, lagu ini dikemas dengan ketukan-ketukan yang riang.
2. Delaney Bailey - Love Letter From The Sea to The Shore
Source: https://spotify.com/ |
Ugh, so poetic! Seperti judulnya, lagu ini ditulis dengan pernyataan cinta yang manis sekali. Dengan vokal Delaney yang merdu nan halus dibalut musik dengan tempo lambat yang mengiringinya, berhasil ciptain skenario-skenario manis nan menenangkan di benak saya.
3. Tommy Lefroy - The Mess
Source: https://spotify.com/ |
Tanpa musik intro, saya langsung dikeroyok vokal 2 perempuan yang ajaibnya menyatu dengan begitu indah dan syahdu, tanpa banyak suara instrumen yang mengirinya sekalipun. Mereka adalah Wynter Bethel dan Tessa Mouzourakis yang tergabung dalam proyek musik dengan nama Tommy Lefroy. Oh, I love women! Ciptain lagu dengan durasi singkat bisa bikin 2 respon yang berbeda, entah mudah dilewatkan atau jadi ingin terus dengar berulang. Untuk ini, saya pilih yang kedua.
4. Grace Gardner - Cleanup Dive
Source: https://www.shazam.com/ |
Bagi saya, mencari lagu baru bukan perkara mudah, justru tricky! Misal, saya sudah suka melodi sebuah lagu dari pertama intro dimainkan, disitulah kemudian vokal menjadi penentu. Jarak pendek antara intro ke vokal itulah saya menaruh harapan. Ciyaaaa. Hahaha. Seringnya, saya sudah jatuh hati pada intro dari sebuah lagu, tapi vokalnya ga cocok di telinga saya. Itu rasanya sayang banget. Duh?!
Lalu bagaimana dengan lagu ini? Petikan gitar akustiknya sudah cukup buat saya bertahan untuk terus mendengarkan, kemudian masuk vokal! Saat itulah saya dihadapkan 2 pilihan, tengok handphone untuk skip atau buka profil musisi tersebut. Lagi-lagi, saya pilih yang kedua.
Bahkan di beberapa kesempatan, seringkali saya langsung buka kanal Youtube sebab ingin nonton live performance-nya. Berlaku pada Grace. Saya makin jatuh hati lagi, dan akhirnya dengar lagu-lagu lainnya pertama kali lewat live performance, sebelum sempat dengar studio version.
0 Comments:
Post a Comment