Falling Asleep At The Wheel - EP by Holly Humberstone
Jika bisa menimbang hal-hal baik yang terjadi tahun 2020 bagi saya, menemukan musik Holly Humberstone adalah salah satunya. Merekomendasikan lagunya di bagian #22, merekomendasikan video musiknya di suaka suara, sampai menulis sedikit tentang EP perdananya sesaat setelah rilis untuk suaka suara masih juga belum bikin saya merasa puas. Saya masih merasa perlu untuk ngoceh soal musiknya.
Meski terbilang pendatang baru, Holly telah berhasil memikat saya karena kepiawannya dalam menulis lirik dengan iringan gitar elektrik yang cukup mendominasi pada musiknya. Maklum, solois perempuan dengan kriteria serupa masih belum banyak saya ketahui.
Falling Asleep At The Wheel - EP |
Deep End yang merupakan nomor pembuka pada EP ini langsung menyuguhkan tema kesehatan mental. Tanpa banyak instrumen yang terdengar, menonjolkan balutan riff gitar yang kasar dan temponya yang lambat ditimpali vokal serak dari Holly berhasil membuat saya beri perhatian penuh pada setiap lirik yang dinyanyikan. Lagi ini memiliki pesan yang kuat, tak ayal sebab lagu ini ditulis oleh Holly untuk saudarinya. "This song means a lot to me. One of the people closest to me was going through a difficult time and I was struggling to know how best to help," aku Holly melalui cerita Instagram-nya. Penggalan lirik ".....you've practiced your lines to convince us you're fine but I know, that's not where you are," berhasil bikin tenggorokan saya tercekat dan tersenyum pilu.
Pergolakan dalam mencari jati diri diiringi dengan pengendalian emosi yang tidak selalu berhasil, ditutur dengan baik oleh Holly melalui nomor kedua, Falling Asleep At The Wheel, yang sekaligus merupakan tajuk dari EP ini. Sedikit berbeda dengan nomor sebelumnya, sentuhan kibor dan synthesizer cenderung dominan kali ini. Disusul dengan Overkill, lagu yang memperkenalkan saya dengan Holly melalui iklan pada aplikasi Instagram. Setelah melewati 2 nomor dengan tema yang cukup berat, Overkill rasa-rasanya sebagai pemanis yang terbilang ampuh dan mampu memberi efek mendebarkan seolah saya turut merasakan hal serupa. Diakui Holly, lagu ini ditulis atas dasar dirinya yang memiliki perasaan pada seseorang dan ingin mengutarakannya, tetapi di satu sisi juga takut mendapatkan penolakan. Siapa pula yang mau ditolak oleh orang yang kita suka, kan? Tepatnya, siapa juga yang mau nolak Holly Humberstone?! Saya kurang paham secara teknis musiknya, tapi tambahan musik yang terdengar menjelang akhir lagu―entah terdengar masuk akal atau tidak―memberi efek bintang yang berkelap-kelip dalam benak saya setiap mendengarnya.
Berlainan dengan nomor sebelumnya, Drop Dead mengisahkan hubungan yang bermasalah dan manipulatif. Ironisnya, terkadang meski kita tahu bahwa orang tersebut tidak cukup baik, untuk beberapa alasan kita tidak bisa benar-benar melepaskannya. Bagi saya, lagu ini menyuguhkan sisi paling gelap dari musik Holly. Mewakili dengan baik perasaan yang dirasakan bila terjebak dalam hubungan seperti itu. Meski diawali dengan dentingan piano yang ringan, yang terdengar setelahnya adalah ketukan-ketukan berat disusul dengan suara Holly menyenandungkan gumaman "oo.. oo", yang bila ditempatkan sebagai latar musik pada film horor, mungkin akan membuat saya bergidik mendengarnya. Seakan ingin segera meninggalkan perasaan itu, Holly menempatkan Vanilla sebagai nomor berikutnya. Kontras dengan Drop Dead sebab Vanilla merupakan lagu yang menyajikan irama paling riang. Memiliki makna "membosankan", Vanilla merayakan perasaan Holly yang akhirnya bisa mengakhiri hubungan yang baginya begitu biasa, membosankan, dan tidak ada kemajuan. Seolah belum puas membuat saya kagum dengan musiknya dan bagaimana diksi yang ia gunakan, Holly menutup EP ini dengan Livewire. Hanya dengan alunan piano, kata livewire sendiri memiliki makna seseorang yang energik dan tidak terduga. Awal mendengarnya, saya mengira lagu ini ditujukan untuk seseorang dalam hubungan percintaan. Dengan pemikiran begitu saja sudah membuat saya begitu menyukai lagu ini. Hingga melalui wawancaranya dengan Rolling Stone Australia (saya pikir itu pertama kalinya dia membawakan Livewire), Holly mengaku bahwa lagu ini ditujukan untuk sahabatnya yang kini tidak lagi begitu dekat. Selepas itu, pandangan saya saat mendengar lagu ini benar-benar berubah. Kenyataan lagu yang dapat menyentuh hati saya ditulis untuk seorang sahabat semakin membuat saya kagum padanya. Namun, belakangan saya memilih untuk percaya bahwa apapun alasan Holly menulis lagu ini, pada dasarnya lagu ini mengisahkan tentang kerinduan pada seseorang yang telah kita kenal begitu lama hanya kini tidak lagi demikian dan perasaan sedih yang muncul karenanya.
Hanya melalui 6 nomor, EP ini berhasil memuat tema-tema yang terasa dekat. Terima kasih untuk Holly Humberstone, Rob Milton (produser), dan setiap orang yang terlibat melahirkan karya yang luar biasa ini.
0 Comments:
Post a Comment