Merilis single perdananya Deep End di awal tahun ini nyatanya berhasil mencuri perhatian Lewis Capaldi, menjadikan Holly sebagai pembuka pada tur Lewis di Eropa, Februari 2020. Sebulan kemudian, perempuan yang berasal dari Grantham, Inggris ini merilis single keduanya Falling Asleep at The Wheel dan disambut begitu baik oleh pendengar. Gak main-main untuk terjun ke industri musik, Holly baru saja melepas single ketiganya bertajuk Overkill akhir Juni 2020, yang telah ditulisnya akhir November lalu.

Menggambarkan musiknya sebagai dark―wonky pop, dengan sajian video musik dirinya yang tengah berlari tanpa arah di sebuah hutan jadi konsep yang pas untuk menggambarkan perasaan aneh, membingungkan, dan tentu rasa mendebarkan sebagaimana tahap awal jatuh cinta.

Menamai band mereka karena memiliki cerita manis tentang kota di Cornwall, Inggris, band yang terdiri dari Jesper, Luis, Alejandro, Jack, dan Mark ini telah menghasilkan 3 lagu setelah rilisnya single anyar 'Better Than Me' pada akhir April 2020, menyusul 'Prove' yang sudah lebih dulu rilis awal tahun ini. Alternative-pop agaknya pas untuk menggambarkan musik dari band asal Manchester ini, dengan balutan riff gitar ditambah dentuman drum yang kuat di beberapa bagiannya membuat lagu ini secara emosional dapat mewakili perasaan yang dirasakan atas romansa yang telah kandas, namun tetap berharap yang terbaik untuk mantan kekasihnya.

Meski mengaku kecewa dengan pandemi yang tengah melanda, gak menghalangi Kelsea untuk tetap terhubung dengan para penggemarnya dan tampil mempromosikan album "kelsea" melalui tayangan langsung di Instagram-nya. Melalui wawancaranya, Kelsea mengaku album ini begitu personal. overshare, yang didapuk Kelsea sebagai track pembuka di album ketiganya ini, menyuguhkan nada yang riang ditimpali dengan permainan rima pada liriknya membuat lagu ini begitu asyik dinyanyikan.

Penantian penggemar rasanya dibayar tuntas dengan rilisnya album ini, terhitung proyek terbarunya sejak album "Unapologetically" di tahun 2017.

Bayangkan musisi yang kamu suka, yang gak lagi aktif sejak bertahun-tahun lalu mengumumkan bahwa mereka merilis dua EP, tanpa aba-aba. Hal itu dilakukan Sarah (yang kini solo proyek dengan nama Bryde) dan Richard dengan maksud untuk merilis lagu-lagu lama Paper Aeroplanes di platform musik digital, yang sebelumnya hanya tersedia di rilisan fisik, dengan EP bertajuk "Forgotten Songs". Entah harus bereaksi apa. Senang tapi juga menyakitkan karena alih-alih menetap, mereka kembali untuk "pergi" lagi. Mengobati rindu memang, tapi harapan untuk mereka kembali bermusik tentu saja belum hilang, atau bisa dibilang semakin menjadi.