Nonton Bareng Miss Americana!

31 Januari 2020 Netflix merilis film dokumenter Taylor Swift dengan judul yang diambil dari lagu miliknya di album terbarunya, Miss Americana (and The Heartbreak Prince) yang disutradarai oleh Lana Wilson. Tanggal perilisan yang bila dibalik merupakan angka keberuntungan bagi Tay Tay. Yup! Apalagi kalau bukan 13. Semua penggemar Tay tahu benar itu. Saya sempat berpikir apa itu bagian dari rencana sebab Tay sering sekali memberi petunjuk-petunjuk yang berkaitan dengan hidupnya. Atau ya... memang saya saja yang berpikir seperti itu. Hehe.
Saya nonton bareng dengan Swifties Indonesia yang diadakan pada 1 Februari 2020, esok harinya di Kaskus Playground. Meski punya akun Netflix, tapi saat nonton bareng itulah kali pertama saya menonton film dokumenternya. Saya hanya ingin merasakan euforianya saat nonton bersama.
Taylor Swift: Miss Americana
Sebelum memulai acara, kami disuguhkan dengan pertunjukan Reputation Tour milik Tay yang juga sudah lebih dulu dirilis pada Netflix. Mengingat kebijakan copyright, kami diminta untuk gak merekam selama film berlangsung. Selagi saya memang bukan tipe yang selalu memublikasikan kegiatan saya. Saya juga gak punya waktu karena percayalah, saya langsung menangis di.. detik ketiga film ini diputar! Kalau kamu sudah nonton filmnya, kamu tahu bagian awal saat Tay memainkan piano yang dengan gemasnya diganggu oleh salah satu kucingnya, Benjamin Button. Yup, belum apa-apa saya sudah menangis hebat.
Saya tahu betul kenapa saya langsung menangis. Bila kamu pernah membaca tulisan saya atas dasar rasa kecewa saya padanya, saat nonton bareng kemarin rasanya semua yang dulu saya rasakan, masa kecil, rasa cinta saya padanya, pada lagu-lagunya yang lebih dari 10 tahun lalu terasa kembali. Yang membuat saya lebih menangis mengingat saya pernah berhenti mengikuti musiknya di saat harusnya saya tahu dia selalu bekerja keras pada karya-karyanya dan menjadi wanita yang begitu kuat terhadap komentar-komentar buruk mengenai dirinya.
Menyebalkan, tapi saya gak berhenti menangis sampai penghujung film. Sampai-sampai saya malu untuk ambil tisu di pangkuan saya sendiri sebab kiri kanan saya adalah laki-laki yang nampaknya gak seemosional saya. Hahaha. Tangisan saya menjadi saat menampilkan Taylor yang menyanyikan lagu Our Song! "Fuck!," ucap saya pelan, sambil sesekali mengusap air mata saya yang terus saja mengalir.

Setelah menonton film Miss Americana, banyak yang akhirnya saya tahu dan pahami tentang dirinya, tentang bagaimana meski hidup dengan kepopuleran, dirinya masih merasa kesepian, masih banyak orang yang terus berkomentar negatif tentangnya, berkomentar seksis yang ditujukan padanya, dan banyak hal. Saat Tay menceritakan mengenai pelecehan yang terjadi pada dirinya, sebagai perempuan saya sangat mengerti. Selain itu, momen-momen bersama keluarganya, sahabatnya (Abigail), dan tentu orang terkasihnya, Joe, bikin saya merasa hangat dan bahagia. Dapat saya katakan film ini benar-benar menampilkan sisi lain dari seorang Taylor *kan memang film dokumenternya*. Hahaha.

Seusai film berakhir, Swifties Indonesia mengadakan kuis yang saya akui seru banget. Rasa-rasanya semangat saya terpacu untuk menang, yang padahal nyatanya poin saya jauh dari yang lain. Tapi ada yang paling saya banggakan yaitu saat pertanyaannya berupa lagu apa yang ditulis Taylor untuk talent show di awal tahun SMA-nya. Jelas saya tahu! Our Song! dan yang lebih bangga adalah karena hasil di layar menampilkan orang yang menjawab benar justru paling sedikit. Hahaha. Sukur kalian. Sudah saya bilang kalau mengenai lagu-lagu lamanya saya tahu betul. Hihi.

Kemudian kami bernyanyi bersama lagu-lagu Tay seperti Wildest Dreams, Gorgeous, dan lainnya. Yang saya pribadi agak sesali karena panitia sama sekali gak menyanyikan lagu-lagu country-nya. Mengesampingkan kenyataan saya yang senang dengan musik country Tay, saya rasa sedikit nostalgia dengan lagu-lagu lamanya itu perlu mengingat saat itu sedang di acara nonton bareng film dokumenter tentangnya yang juga menampilkan kehidupan dan karirnya dari awal, dari dirinya country hingga saat ini. Gak apa banyak menyanyikan lagu-lagu barunya, tapi setidaknya dari setiap album harus ada perwakilan lagu yang dinyanyikan, menurut saya, ya. Tapi terlepas dari itu, acaranya menyenangkan dan berhasil buat saya seolah berjumpa kembali dengan diri saya 10 tahun lalu, dan menyadari bahwa saya dan dirinya masih dan akan selalu mengagumi Taylor Swift.


Lihat postingan ini di Instagram

our song adalah lagu Taylor Swift pertama yang kudengar, berasal dari album pertamanya. usiaku sekitar 12 tahun saat itu. bisa kubilang perempuan yang baru saja dinobatkan sebagai 'artist of the decade' ini adalah penyanyi internasional perempuan pertama yang kusuka. tepat 10 tahun lalu, memasuki tahun pertama SMP, aku punya binder yang sampulnya kutempel dengan kertas yang kurobek dari sebuah majalah, berupa gambar Taylor Swift dengan gitarnya. binder itu kubawa ke sekolah hanya untuk minta pada teman kelasku yang jago bikin graffiti untuk tulis nama 'Taylor Swift' di bawahnya. ㅤ sampai pada titik aku kecewa dengannya, memutuskan untuk berhenti mengikuti musiknya saat dirinya memilih fokus pada musik pop alih-alih tetap pada country. tapi ya... kurasa kamu paham. punya niat sekalipun, aku tetap dengar lagunya di mana-mana. kekecewaan itu lalu kuutarakan dengan sedikit menulis tentang musik country-nya 4 tahun lalu. kurasa reaksiku seperti itu sebab aku hanya terlalu nyaman dengan musik lamanya. ㅤ namun, seiring waktu aku mulai menerimanya. lagipun karirnya gak terpengaruh hanya karena aku berhenti mendengarnya. haha. maka sampailah pada hari ini, memutuskan untuk nonton bareng film dokumenter tentangnya, dan menyadari kenyataan bahwa diam-diam, aku gak pernah berhenti mengaguminya.
Sebuah kiriman dibagikan oleh sifa fauziah (@sifaazh) pada

CONVERSATION

0 Comments:

Post a Comment