Pergi ke Malang!

Pada akhir masa perkuliahan, mahasiswa diwajibkan untuk ikut Kuliah Kerja Lapangan. Kali ini tujuannya adalah Malang. Perjalanan mulai pada 19 Maret - 22 Maret 2019. Setelah tiba di Bandara Abdurrahman Saleh pagi hari, kami melakukan kunjungan ke Universitas Brawijaya.
Universitas Brawijaya
Di hari pertama tidak ada agenda khusus kecuali kunjungan ke Universitas Brawijaya dan Dinas Pariwisata Kota Malang setelahnya. Mata saya sudah lelah, ngantuk banget, terlebih dibalut dengan dinginnya kota Malang, bikin pengin cepat tidur leha-leha! Kami menginap di De Lobby Suite Hotel. Hotelnya bagus banget, bersih, desainnya minimalis dengan tema monokrom. Kalau kamu mau cari penginapan, boleh saya sarankan di sana. Malamnya, kami pergi ke Batu Night Spectacular, di Jakarta semacam Dunia Fantasi. Dilihat dari namanya, memang cocok datang saat malam hari, karena memang diperuntukkan begitu, banyak lampu-lampu yang menyala terang, cantik pokoknya. Tidak terlalu banyak wahana yang bisa saya mainin karena menakutkan, dalam dua artian, yaitu wahananya menakutkan sebab terlalu ekstrem, dan keduanya menakutkan sebab berkaitan dengan hantu.
Paginya, kami check out hotel dan menuju Taman Bunga Selecta. Saya cinta bunga, dan tentu saya senang ke sana. Bunganya cantik-cantik. Kami juga bermain wahana roller coaster di sana, teriak-teriak karena berbanding terbaik dengan kelihatannya yang tidak menakutkan.
Sekar dan saya yang bergaya 'apasih'
Setelahnya kami mengunjungi pusat oleh-oleh. Saya banyak mengambil apa yang teman-teman saya ambil, bisa dikatakan saya malas mikir beli apa, yang penting beli, sisanya beberapa barang yang saya beli atas kemauan saya sendiri. Kemudian kami mengunjungi tempat penginapan kedua yaitu Whiz Capsule Hotel. Malamnya, kami mengadakan acara dengan tema Pajamas Party. Jauh sebelum keberangkatan, kami diberi 5 lembar kertas untuk ditulis kesan dan pesan pada seseorang. Saya tidak punya banyak teman, jadi saya hanya menulis untuk teman saya, Sekar. Untuknya, saya menulis khusus dari rumah, sedangkan 4 orang lainnya, saya menulis di pesawat pada perjalanan menuju Malang dan tanpa saya tujukan pada siapapun, jadi saat saya letakkan di kaus kakipun, saya menutup mata dan tidak tahu di kaus kaki mana yang saya tuju. Yang penting nulis, jadi saya menulis sekenanya.

1; Saya mengutip lirik lagu John Mayer, "say what you need to say." Berharap mantra dari kalimat itu bisa menyemangati siapapun yang nerima kertas saya, seperti yang terjadi pada saya.
2; Saya mengutip lirik lagu Lauv, "who wrote the book on the goodbye, ............... but I don't feel right." Titik-titik karena saya malas tulis semua liriknya di sini, intinya sampai kata right, itupun saya tulis karena saat di pesawat, saya tengah mendengar lagu itu.
3; Saya menulis, "gives you hell by all the american rejects, dengerin deh, enak lagunya."
4; dan saya menulis, "are you catching my drift yet? by a rocket to the moon, enak lagunya."
Kalau saya diberi 10 kertas sekalipun, saya jamin isinya akan seperti itu, mengutip lirik lagu atau sekadar nyuruh untuk dengarin lagu yang saya tulis.
Selagi di rumah, sebenarnya saya niat untuk bikin playlist pada masing-masing kertas, seperti di tiap kertasnya saya tulis 4-5 lagu beserta penyanyinya. Tapi karena kemalasan saya melebihi niat itu, maka tidak jadi.

Surat dari Sekar
Di acara itu, selain ada acara tukar kado yang mana saya dapat jam weker, salah satunya kami mengumumkan pilihan terbanyak dari nominasi yang telah ditentukan hari-hari sebelumnya. Kamu tahu yang tidak masuk akal? Saya dapat nominasi Ter-Friendly. Konyol. Malas sosialisasi, tidak punya banyak teman, bagaimana bisa masuk nominasi Ter-Friendly? Siapa yang bisa-bisanya menilai saya begitu? We need to talk! Hahaha. Tapi saya bukan segitunya tidak bersosialisasi, kok. Teman saya tetap ada, tapi hanya segelintir orang yang saya percaya, kurang lebih begitu.

Dengan modal istirahat 3 jam, jam 2 dini hari, kami harus pergi lagi untuk menuju Bromo dengan Jeep. Yang saya lakukan di perjalanan adalah berdoa, ngantuk, takut kecelakaan, sekaligus terheran-heran si abang sopir kok melaju seperti tidak mikir di depannya ada apa. Sekiranya begitulah cerita saya pada abang saya yang kebetulan biasa melakukan aktivitas semacam itu. Maka dari itu, saya disuplai habis-habisan, saya disuruh bawa ini dan bawa itu, saya disuruh pakai jaket hitam miliknya dengan tulisan Mahameru di bagian dada kanan, sekaligus celana gunung yang terdapat resleting di kedua pahanya. Tapi di sana saya bersyukur mengikuti apa yang mereka sarankan, karena apa yang mereka bilang benar terjadi. Misal seperti saya yang harus pakai sepatu gunung punya abang saya, jangan sepatu biasa, karena nyatanya jalanan di sana memang licin karena hujan, bahkan saya jadi menyesali keputusan saya yang tidak bawa kupluk dengan alasan sekarang saya sudah berkerudung, dan alasan yang tidak kubilang yaitu saya memang malas bawa banyak barang. Hahaha. Ah, untuk urusan begini, harusnya saya memang percayakan saja pada abang saya.
Sekar, Septi, Novira, Novrezi, saya, dan Ira
Annisa, Dahlia, Sekar, saya, dan Imelda
Silau~
Setelah turun dari Bromo karena nyatanya kabut terlalu tebal dan menutup sunrise, kami mengunjungi beberapa tempat seperti Bukit Teletubbies, dan lain yang saya lupa namanya. Kembali ke hotel sekitar pukul 9 pagi, bersiap-siap untuk check out dan menuju Surabaya siang harinya. Untuk pulangnya, kami menggunakan transportasi kereta tujuan Gambir dari Surabaya. Kami berangkat pukul 8 malam dan tiba di Jakarta, tepatnya di Stasiun Jatinegara sekitar jam 5.

Menyenangkan! Tidak ada yang lebih baik dari pengalaman yang bisa diingat dengan manis.

CONVERSATION

0 Comments:

Post a Comment