Bagaimana pun musik The Script sekarang, nyatanya aku masih mencintai mereka! Yeah, proud to be The Script Family!
Kalian udah tahu belum kalau April 2018 mereka akan menggelar konser dalam rangka Freedom Child Tour di Jakarta? Jangan jawab belum, nanti aku sedih. Hahaha. Aku gak ngerti sih, kenapa jadi banyak banget yang mau datang 2018. Aku tahu The Script konser ke sini aja udah syok, selang beberapa hari Lauv nge-tweet bahwa dirinya jadi salah satu pengisi di acara Java Jazz Festival, yaudah aku kayak senang tapi kesal! Kesal kenapa Lauv gak datang ke Jakarta untuk tour perdana Met You When I Was 18 aja?!
Yaudah, kembali ke The Script. Berhubung mereka mau ke sini, aku kepikir untuk bedah salah satu lagu miliknya, meski bukan dari album Freedom Child. Yaitu Six Degrees of Separation, track yang terdapat di album ketiganya bertajuk #3.
http://www.thescriptmusic.com |
You've read the booksYou've watched the showsWhat's the best way no one knows, yeahMeditate, get hypnotizedAnything to take from your mindBut it won't goYou're doing all these things out of desperationYou're going through six degrees of separation
Lagu ini mengisahkan tentang 6 tahap pasca perpisahan yang umumnya dirasakan seseorang, tentang bagaimana dalam fase perpisahan tersebut, kamu akan berusaha untuk mulai menyibukkan diri, dengan mulanya melakukan berbagai kegiatan yang kiranya bisa membuatmu melupakan dirinya, membuat pikiranmu teralihkan dari dirinya. Meditasi dalam hal ini kamu berusaha untuk tenang dan berpikir jernih atas kejadian yang kamu alami ini. Sekalipun nyatanya apa yang kamu lakukan tidaklah benar-benar berhasil.
You hit the drink, you take a tokeWatch the past go up in smoke, yeahFake a smile, yeah, lie and say thatI'm better now than ever and your life's okayWell it's not, no
Sebab apa yang kamu lakukan tidak benar-benar berhasil, dan pikiranmu katakanlah dalam keadaan depresi karena perpisahan ini, dan akhirnya mencapai titik terendah dalam hidupmu, cia.. kamupun mulai melakukan hal-hal yang lebih "berani". Pada lirik ini dikatakan seperti mulai minum-minum, mabuk, juga lebih sering merokok, dengan sedikit harapan masa lalumu dengannya bisa pergi begitu mudah layaknya asap rokok tersebut―watch the past go up in smoke.
Kamu juga akan berusaha tegar, atau paling tidak pura-pura tegar, dengan tetap tersenyum dan berkata kepada orang-orang di sekitarmu yang barangkali mengkhawatirkanmu, "aku gapapa, kok. aku udah lebih baik sekarang." Padahal... gak juga. Hiks.
You tell your friends, yeah, strangers tooAnyone'll throw an arm around you, yeahTarot cards, gems and stonesBelieving all that shit is gonna heal your soulWell it's not, no
Tentunya kamu gak bisa nahan diri untuk gak cerita ke sahabatmu, atau bahkan kepada orang-orang yang gak kamu kenal, katakanlah sekadar curhat di internet. Kamu juga mulai percaya akan hal-hal tabu, seperti ramalan yang akan terjadi di hidupmu nantinya, dan hal lain. Intinya hal tersebut kamu lakukan untuk bisa menyembuhkan rasa sakit yang ada.
First, you think the worst is a broken heartWhat's gonna kill you is the second partAnd the third, is when your world splits down the middleAnd fourth, you're gonna think that you fixed yourselfFifth, you see them out with someone elseAnd the sixth, is when you admit that you may have fucked up a little
Pada bagian ini, The Script menjelaskan satu persatu atas apa yang ia sebut sebagai six degrees of separation tersebut.
Di fase pertama, kamu berpikir bahwa yang terburuk adalah sakit hati. Dalam sebuah perpisahan, tentunya kedua pihak merasa tersakiti dong, ya? Eh, Iya, kan? Dan pastinya sakit hati itu gak enak banget!
Kedua, adalah lanjutan dari fase pertama, yang mana sakit hati tersebut rasanya seperti akan membunuhmu secara perlahan. Sekarat deh pokoknya!
Ketiga, kamu jadi merasa sendirian, duniamu seolah runtuh, hidupmu benar-benar hampa tanpa dirinya, seolah gak ada orang yang benar-benar bisa mengerti perasaanmu saat ini.
Keempat, seiring waktu, sedikitnya kamu mulai bisa menerima keadaan, berpikir untuk memperbaiki diri, dan berusaha untuk melangkah ke depan.
Kelima, ya namanya cobaan, disaat kamu udah berusaha melangkah, entah sebulan, dua bulan, atau beberapa bulan sejak berpisahnya kamu dengan dia, adakalanya kamu jadi sering dengar kabar tentangnya dari teman-temanmu, bahwa si mantan dekat sama ini, dekat sama itu. Gak jauh-jauh ya begini yang mereka katakan (khususnya perempuan),
"Eh, kemarin gue lihat dia jalan bareng si ini."
"Lo udah tahu belum? Mereka upload foto bareng!"
"Mereka kayaknya udah pacaran, deh."
Yah, semacam itulah, menyebalkan memang. Haha. Tapi lebih menyebalkan adalah hal tersebut kamu lihat sendiri. Jangan sampai, ya!
Keenam, jika awalnya kamu selalu menyalahkan mantanmu atas berakhirnya hubungan kalian, tapi pada tahap ini pola pikirmu mulai berubah, kamu jadi sedikit lebih dewasa, dalam arti akhirnya kamu sadar dan mengakui bahwa sedikitnya perpisahan tersebut, apapun alasannya, gak semata-mata atas kesalahan dirinya, tapi juga dari dirimu. Kamu hanya perlu intropeksi diri, sebab manusia gak ada yang sempurna, kan?
No, there's no starting overWithout finding closureYou'd take them back, no hesitationThat's when you know you've reached the sixth degree of separation
Aku kurang paham bagian ini, tapi kalau boleh berpendapat, menurutku bagian ini menjelaskan apabila perasaanmu padanya masih belum berakhir, belum ikhlas atas berakhirnya hubungan kalian, jangan memulai hubungan baru dengan seseorang yang baru pula.
Namun, apabila yang kamu rasakan adalah kebalikan dari hal itu, dalam arti perasaanmu benar-benar telah lepas darinya, gak ada lagi kecewa, sakit hati, atau benci kepada dirinya, dan merasa gak ada lagi keraguan apabila kalian sekadar berhubungan kembali layaknya teman―you'd take them back, no hesitation―di saat itulah kamu tahu bahwa kamu telah mencapai akhir dari fase perpisahan tersebut.
Kak, msuka nih blognya wkwkwk
ReplyDeletenais n makasih
ReplyDeletesemangat nulisnya sukses ulales
Kerenn interpretasi nya
ReplyDeleteTerima kasih, ya.
Delete