W
Nyatanya kebiasaan saya yang seringkali kebangun tengah malam, belum hilang juga. Alhasil meskipun lagi sebel-sebel sedikit sama dia, saya jadi kepikir untuk nulis ini, sebelum berlarut-larut dan momennya semakin gak tepat.
Sebelum saya mulai cerita, saya rasa kamu harus tahu cerita yang pernah saya tulis di blog ini. Kalau kamu sudah baca cerita saya di sini, kamu akan tahu bahwa Verona adalah tempat yang ingin sekali saya datangi andai ke luar negeri, dan destinasi pertama saya di sana tentunya Rumah Juliet, atau dikenal dengan sebutan Juliet's House.
Sebelum saya ajak kamu dengar cerita tentang Rumah Juliet, kamu harus tahu sedikit tentangnya, tentang dirinya yang lagi enak-enaknya tidur, disaat saya gak ngantuk sama sekali.
Tepat bulan Februari 2016, ada seseorang yang kirim pesan ke saya di Tumblr. Bagi saya itu sesuatu yang jarang, dalam arti jarang orang hubungi saya di Tumblr karena memang saya gak terlalu publikasi akun Tumblr. Terlebih kamu juga harus punya akun Tumblr untuk bisa lakuin itu, kan?
Baiklah, itu pertanyaan retoris, sebenarnya.
Awalnya saya gak terlalu gubris karena ya.. saya gak kenal dirinya sama sekali! Tiba-tiba dia datang dengan segala hal yang dia tahu mengenai saya. It is strange, right? Tapi pada satu momen akhirnya saya terima juga ajakannya, and I think he's a good man. Karena itu saya jadi merasa gak ada yang perlu dikhawatirkan, dia baik. Setelah itu, kami bertemu lagi, dan lagi.
Kalau ditanya mau ke mana, saya paling susah jawab. Meski sebenarnya ada tapi kadang saya sungkan. Saya khawatir tujuan saya gak seasyik sebagaimana itu bagi saya. Bukan berlaku ke dirinya seorang, pun ke semua. Saya tahu teman-teman saya gak selalu punya ketertarikan yang sama.
Maka sewaktu dia nanya saya mau ke mana, saya sekadar iseng jawab 'Rumah Juliet'. Tentu yang saya maksud Rumah Juliet di Verona. Tapi sesaat dia kirim tangkapan layar kepada saya, sebuah kafe bernama Rumah Juliet di Jakarta Barat. Saya kaget, pastinya. Karena sebelum itu saya gak tahu ada hal-hal terkait Rumah Juliet di sini. Terlebih setelah saya baca, pemiliknya memang terinspirasi dari film Letters to Juliet. Mereka bahkan punya konsep yang mirip juga unik, surat menyurat, sesuatu yang saya suka karena menulis. Hehe.
Sejak itu, saya mulai tertarik ke sana, dapat saya simpulkan bahwa saya justru tahu tempat itu darinya. Tapi saya gak berharap jadi ke sana, karena seperti yang saya bilang sebelumnya.
Kemudian, sebab satu dan lain hal, kami gak bertemu lagi. Saya dengan hidup saya, dia dengan hidupnya. Kalau boleh saya hitung katakanlah setahun kurang, mungkin?
Saya gak berharap untuk bisa seperti dulu, harapan saya sekadar bisa berhubungan baik pun sudah bagus, tapi nyatanya gak, sebab jujur saya merasa kami seperti orang gak kenal. Jadi yaudah... gak ada yang bisa saya perbuat lagi selain pesan panjang yang pernah saya kirim padanya. Hahahahaha. Astaga, saya harap dia gak pernah baca cerita ini!
Lama setelah kejadian itu, saya dikagetkan dengan dirinya yang kirim pesan ke saya. Malam ketika saya tengah beli ketan susu dengan teman-teman saya, for your information. Hahaha. Saya gak beli ketan susu, sih, karena gak begitu suka. Saya beli minuman oreo apa, ya. Saya lupa, karena malam itu yang saya ingat jadi dia. Hahahaha.
Akhirnya bulan September kemarin kami bertemu lagi, tepatnya tanggal 23! Hahahahaha! *ketawa ini yang ngerti cuma saya dan dia, biarin kamu gak saya kasih tahu*
Kemudian untuk pertemuan selanjutnya, kami ke Rumah Juliet! Yey, saya senang sekali! Di sana akhirnya saya beri tahu dia salah satu rahasia. Hahahahahahahahaha! Salah satu, ya. Karena dia belum tahu rahasia saya yang lain, termasuk rahasia yang saya tulis di secarik kertas dari Rumah Juliet.
Foto seperti ini saya yang minta. Hahaha. Ini adalah amplop dari Rumah Juliet yang dia mintakan untuk saya, (untuk dia juga sih sebenarnya) heu. |
Kemarin kami baru aja buat kesepakatan mengenai secarik kertas itu. Sebenarnya dia yang minta, untuk nanti dia baca, pun akhirnya saya iya-kan karena dia bukan lagi sekadar teman bagi saya, mulai saat itu. Meski malam itu, ketika dia bilang mau baca saat tanggal 14 Oktober 2018, yang muncul dipikiran saya adalah pertanyaan, "memang kita masih?" Sebuah pertanyaan yang tentunya gak mungkin saya ucapkan malam itu. Bukan maksud saya gak mau masih, tapi saya mikir realistis aja, sih. Saya juga gak mau berharap banyak. Pokoknya awas aja sampai dia nyakitin saya. Saya tusuk-tusuk! *ancaman ini serius haha*
Ah iya, biar saya perjelas, bahwa... apa, ya, bilangnya.. bahwa saya dan dia baru aja jadian pada tanggal 16 Desember 2017! Malam itu hujan, dia beri saya bunga super cantik! Kedua hal yang saya suka! And I said yes, tepat satu detik di bulan Desember.
Sejujurnya saya gak tahu dia jadi tahu saya suka bunga dari mana, mungkin saya pernah bilang sama dia kali, ya. Saya kadang lupaan juga. Tapi semua perempuan pasti suka, kan?
Kalau kamu sedang baca ini, kebetulan perempuan dan gak suka bunga, kamu bukan teman saya! Hahahaha. Gak, deh. Mwah. Udah ah, saya mau tidur.
Byeeee!
0 Comments:
Post a Comment