Sebuah Cerita Tentang Masa Lalu (Bag. 2)

Rasanya gak adil, hanya cerita masa-masa SMP, dan membiarkan kalian menerka-nerka kehidupan SMA-ku. Hahahahahahahahahahahahaha. Gak ada yang peduli sih yeu.
Sejujurnya, SMA-ku adalah SMA yang kuhindari. Aku menghindari untuk bersekolah di sana, karena satu hal, aku gak suka jalanannya! Maksudku, kalau pagi itu macet banget. Aku ingat, saat masih SMP, aku menoleh ke arah jalanan menuju SMA-ku (yang tentunya saat itu belum menjadi SMA-ku), dan aku bilang, "gue gamau sekolah yang ke arah situ ah, macet banget"
Dan pernyataan semacam itu gak hanya sekali, dua kali. Hal ini bisa dibuktikan dari daftar SMA yang aku tuju: 44, 53, 50.
Lihat! Gak ada satupun sekolah yang kutuju punya jalur yang sama dengan SMA-ku! SMA 42!
Baiklah, biar kuperjelas, jalurnya itu KalimalangGudang Seng. Entah, pokoknya begitu. Maka pertama-tama, kurasa perlu kuceritakan kenapa aku bisa sekolah di sana.
http://news.metrotvnews.com
Kalau kamu tahu bagaimana hebohnya Kurikulum 2013, aku menjadi angkatan pertama yang merasakan kurtilas. Sejujurnya, di balik kehebohan itu, aku perlu bersyukur, sangat-sangat bersyukur. Sebab kurtilas punya program baru, "Jalur Lokal", dimana siswa yang gak lolos pada tahap "Jalur Umum 1", diperkenankan untuk ikut tahap "Jalur Lokal", dan terakhir "Jalur Umum 2".
Urutannya begini; Jalur Umum 1Jalur LokalJalur Umum 2.
Sejujurnya aku bisa gak ikut Jalur Lokal, namun pada Jalur Umum 2 resikonya hanya tersisa kuota sedikit, kiranya begitu gambarannya.
Adanya program Jalur Lokal bukan tanpa alasan, sebab syaratnya dilihat berdasarkan kecamatan, jadi siswa yang mengikuti tahap Jalur Lokal, hanya bisa memilih SMA yang satu kecamatan dengan tempat tinggalnya (kartu keluarga), maka bisa dekat gitulah, gak ada lagi tuh alasan-alasan terlambat, supaya siswa nya gak capek jauh-jauh. Perhatian banget ya pemerintah. Hahaha! Maka pada jalur lokal, urutan yang kupilih begini: 81, 42, 9.

Aku duduk di kelas 10 IIS 4, sepertinya gak perlu ku jelaskan lagi kenapa aku gak masuk IPA. Saat itu aku duduk dengan Annisa, teman SMP-ku, sampai akhirnya dia pindah sekolah dan aku duduk dengan Anggi, teman SD-ku. Sampai pada adanya slek-slek-an dikelas, semacam ada kubu, yang membuatku duduk dengan Bunga, dan berteman, khususnya dekat dengan Bunga, Farida dan Mira. Gak banyak kenangan yang ku ingat saat kelas 10, pun kalau ingat, paling sewaktu pelajaran Bahasa Inggris yang diajar Mrs. Waah, perihal memperkenalkan diri di depan kelas, bercerita mengenai hal-hal pribadi, karena aku bilang suka nyanyi, aku jadi diminta nyanyi, aku malu tentunya, karena suaraku sangat gak bagus! Tapi yaudah, aku nyanyi karena biar cepat, wong aku di desak-desak, huf.
Pada saat itu, yang langsung muncul di otakku adalah lagu Baby Blue Eyes milik A Rocket to The Moon, lagu yang kupikir jarang lah orang tahu, jadi kalau aku salah lirik atau nada, aku masih aman. Hehehe. Eh, taunya, pada ikutan nyanyi! YAUDAH.
Lama-lama, karena dengan adanya slek-slek-an, aku menjadi gak nyaman. Sebab aku orangnya gak suka ada di suasana marahan, apalagi ini di dalam kelas, mau gak mau, suka gak suka kamu dipertemukan setiap hari dalam satu ruangan selama berjam-jam. Aku gak suka dengar kubu ini dan kubu itu saling ngomongin di belakang, singkatnya begitu. Dan berkeluh kesahnya ke aku gini, orang yang netral di kelas. Begitu aja udah beban, karena aku dan teman-teman netral lainnya harus menampung amarah dari temanku di kubu ini, temanku di kubu itu. Pun aku jadi ikut gak disuka sesaat cowok yang temanku di kubu itu suka, justru deket-deketin aku. HADE, please, deh!
Ribetlah pokoknya, pusing dengan dengan hal remeh-temeh macam begitu. Pokoknya cerita SMA-ku akan jauh dari kesan cinta-cinta-an! Pun kalau ada, kurasa itu hanya sebatas mengagumi, seperti yang pernah ku ceritakan di sini, dan sebatas di deket-deketin, akunya gak berharap, mereka juga gak benar-benar serius (mungkin karena diriku yang belum move on, dan malas untuk memulai lagi, yang akhirnya memengaruhi tanggapanku terhadap mereka), jadi yaudah.

Memasuki tahun kedua, aku duduk dengan Dewi (panggilannya Iwed) di kelas 11 IIS 3 ber-walikelas-kan Pak Zia. Beliau adalah guru yang berwibawa menurutku, punya kharisma, kalau beliau sedang menjelaskan Sejarah Indonesia, sungguh nampak cerdas, wawasannya luas, beliau melihat sudut pandang sejarah yang tentunya gak jauh dari kesan politik melalui berbagai aspek, karena dari berbagai sudut pandang itulah yang membuatnya terkesan netral tanpa dirinya terlihat berkepihakan. Aku kagum terhadap beliau, sebagai murid kepada gurunya. Kalau kamu pernah baca tulisanku mengenai Sutan Sjahrir, justru karena beliau lah aku menjadi tahu kisah Sjahrir, sebab tugas darinya meresensi buku mengenai tokoh pahlawan di Indonesia, yang mana hal itu membuat diriku suka cerita Sjahrir, terlebih di Banda Neira.
Ah, sejujurnya, aku sempat kepikir ingin menghadiahkan beliau buku keren yang ada di Post Santa, mungkin mengenai tokoh dunia, atau apapun, lah. Sebagai rasa terima kasih ku kepadanya, (kamu harus tahu aku dasarnya pusing dengan Sejarah, tapi karena cara beliau, pelajaran Sejarah terasa menyenangkan) pun sebagai ucapan selamatku atas pernikahannya, yang pada saat itu diselenggarakan gak lama setelah aku lulus sekolah. Semoga kelak keinginan kecilku terwujud.
Sari, Iwed, Mita
Ardhya, Cabel, Aku
Aku, Alifah, Windy
Kalau kamu bertanya-tanya kenapa Windy berkumis, saat itu kami tengah memeragakan sejarah detik-detik kemerdekaan, aku menjadi naratornya. Kalau kamu lihat di belakang kami, itulah Pak Zia
Aku senang bisa berteman dengan Ayu dan Cabel (Febrina) yang konyol, dengan Ardhya dan Thalita yang polos nan lucu, dengan Monika yang baik, dengan Windy yang aneh, dengan Iwed yang seru. Hahaha. Oleh mereka, kelas 2-ku menyenangkan dan lebih berwarna.
Mungkin harus kukatakan bahwa kelas 2 aku mulai jago Bahasa Jerman. Haha pamer banget lo, sif! Padahal gak juga, sih. Kebetulan di SMA-ku ada pelajaran itu. Tapi memang aku semangat kalau belajar Bahasa Jerman, jadi nilaiku bisa dikatakan lumayan, akhirnya aku dipercaya sebagai seseorang yang patut dicontekin kalau lagi ujian, apalagi sama Sebastian, kamu harus tahu betapa menyebalkannya dia, bukannya aku pelit, tapi kalau mau nyontek tuh nanya, jangan ngelirik-ngelirik ke belakangaku duduk di belakang diaaku gak suka cara nyontek yang begitu! Aku orangnya sulit bohong, jadi percaya aja bahwa aku gak akan melintir jawaban, pun aku bakal kasih tahu kalau aku udah tahu! HIH, KESAL!

Memasuki tahun ketiga, aku duduk di kelas 12 IIS 2 dengan Sari, di depan Alifah dan Dewi, kanan sebrangku Mira, yang duduk dengan Farida. Tahun terakhirku di SMA juga menyenangkan, aku berteman dengan orang-orang menyenangkan, terlebih aku dipertemukan kembali dengan Mira dan Farida. Pun aku sekelas lagi dengan Alifah seperti kelas 2. Aku ingat, kami sekelas, khususnya perempuan, pernah disuruh lari putarin lapangan oleh wali kelas kami, Bu Lestari, karena kami yang serentak ngumpet, gak ikut keputrian. Keputrian adalah kegiatan keagamaan di hari Jumat, kalau laki-lakinya sholat Jum'at, maka perempuannya keputrian.
Ketika kami di hukum
Hal yang kuingat adalah saat pulang sekolah, kalau abangnya memang ada, aku, Mira dan Alifah, suka beli ayam crispy. Sembari nunggu antrian parkiran keluar yang luar biasa panjang (kami parkir di Rumah Sakit samping sekolah, karena seingatku, mulai dari kelas dua atau tiga, ada peraturan dari dinas pendidikan bahwa gak ada lagi murid yang boleh parkir di area sekolah), kami duduk disebuah sudut yang kurasa cukup nyaman, entah yang membuat nyaman orang-orangnya, suasana sorenya, atau justru topik-topik ceritanya. Mmm kurasa karena semua itu disatukan jadi terasa menyenangkan, dimana kami kerap bercengkrama mengenai apapun, kisah percintaan kami yang sulit ku jelaskan, masa depan kami yang entah bagaimana, terlebih saat itu kami memang sedang pusing-pusingnya ingin lanjut kuliah dimana. Ah, rindu sekali.
Aku, Kevin, Monik, Andre
Foto ini sengaja kami ambil saat kelas 3, sebab kami selalu sekelas dalam 3 tahun, hanya saja kurang Kartika, karena saat itu dia sudah pindah ke Spanyol, kalau ku gak salah.
Bersama kucing milik Alifah
Desfira, Kiray, Febri, Mira, Nisrina
Dewi, Alifah, Aku, Monik, Tiwi, Tazkiya
aku lupa sedang acara apa, tapi kalau kalian bertanya-tanya kenapa aku sendiri pakai rok putih, kurasa karena hari Senin libur, jadi saat Selasa, aku kiranya Senin. Hahahaha!
Sewaktu kami tengah pengambilan foto untuk buku tahunan. Tebak aku dapat angket apa?
Tercantik! Hahaha, gila. Padahal menurutku yang paling cantik di kelasku adalah Icha atau Kiray
Finally! Kami wisuda.
Sayang Farida gak bisa hadir, karena dirinya yang saat itu sedang di Malang
BONUS
Ini kerjaan Alifah, temanku, si penggemar Katy, dan aku penggemar John Mayer! Hahahaha.
Kalau aku bisa seperti cewek pada umumnya yang setiap hari nyatok, mungkin rambutku akan serapi ini. Tapi gak, aku orangnya males ribet dan aku gak tega dengan rambutku.
Baiklah, kurasa cukup ceritaku mengenai kehidupanku di SMA yang sesungguhnya gak kalah seru dengan SMP. Kepada teman-temanku di SMA, baik kelas 1, 2, 3, kuharap kita masih bisa berteman baik, sampai kapanpun. Jangan saling melupakan, ya!

CONVERSATION

7 Comments:

  1. Anak SMA cantik cantik yah, hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha, temen gue ada yg menarik, kah? haha. btw ini yg komen di post-an SMP?

      Delete
  2. Awalnya searching buat makna lagu iris, ketemu coretan tentang masa lalu jadi nostalgia 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. harusnya ini gak dibaca ya. hahaha. terima kasih udah berkunjung.

      Delete
    2. Iya jadi inget aja, sekarang susah untuk ke jaman tersebut dan seperti ingin kembali 😂 iya sama-sama.

      Delete
    3. Bukan susah lagi, emg gabisa😂. Ada kalanya emg bikin rindu~

      Delete
    4. Iya yah ga bisa, tdk terasa sekarang itu sudah menua, jelas rindu banget.

      Delete