2011 awal saya bertemu dengannya, kakak kelas saya. Lebih tepatnya dia menghampiri saya. Saya lupa apa yang kita bicarakan dalam waktu singkat itu. Dia minta nomor saya untuk temannya. Saya lihat memang ada kumpulan cowok di seberang sana. Saya posisinya seperti terdesak―karena saya adik kelas mereka, dia minta secara langsung, teman-temannya melihat saya di seberang sana―maka saya sebutkan nomor saya tanpa banyak basa-basi. Tapi anehnya dia juga mengirim pesan pada saya.
Anehnya lagi, saya justru lebih tertarik padanya. Saya gak mengerti arti "tertarik" yang saya simpulkan di sini. Yang jelas, kami berkirim pesan gak seperti cewek-cowok dekat pada umumnya, seperti menanyakan sedang apa, sudah makan atau hal-hal umum yang kadang membosankan seperti itu. Bisa saya pastikan kami jarang sekali menyinggung hal itu (bukan berarti gak pernah, ya), dan saya suka.
Sampai satu malam, saya katakan bahwa saya tengah mendengar lagu The Man Who Can't Be Moved-nya The Script―band kesukaan saya―dia tahu! Dia juga suka!
Biar saya perjelas. Saat itu gak banyak orang yang saya kenal tahu The Script, apalagi suka dalam arti suka banyak lagunya. Beberapa dari mereka hanya suka lagu-lagu "hits"nya, yang umum. Saya butuh yang gak biasa. Sedang dia gak. Saya merasa seperti "Ah, akhirnya. Ada teman The Script-ku." Setidaknya, saya punya teman untuk membicarakan The Script, betapa hebatnya mereka, bertukar informasi, mengagung-agungkan band itu tanpa henti. Hihi. Saya rasa itu awalan yang bagus, karena selepas itu kami merasa... cocok. Betapa The Script memengaruhi hubungan kami saat itu.
Sampai akhirnya, dia yang tergabung dalam sebuah band (band sekolah-vokalis), tengah berada di dalam studio, yang jaraknya gak begitu jauh dari tepi lapangan tempat saya duduk, sehingga saya dapat mendengarnya. Kami saling tahu keberadaan satu sama lain. Sengaja saya bilang padanya untuk coba nyanyi lagu American Idiot-nya Green Day. Saya rasa lagu itu cukup menantang, bukan? Tapi entahlah, saya lupa. Akhirnya dia bilang bahwa dia ingin nyanyi lagu Thunder-nya Boys Like Girls, band yang juga pernah kami bicarakan sebelumnya. Dan lagu yang memang gak asing bagi saya.
"Your voice was the soundtrack of my summer. Do you know you're unlike any other? You'll always be my thunder, and I said your eyes are the brightest of all the colors. I don't wanna ever love another. You'll always be my thunder. So bring on the rain. And bring on the thunder"
Saya mendengarkan, kemudian tersenyum. Saat itu saya tahu bahwa sampai kapanpun, saya akan menyukai lagu ini.
Updated: July 19, 2019
0 Comments:
Post a Comment