tentang kedua kakak kelasku
Apa kamu pernah merasa bahagia ketika bertemu dengan seseorang? Saya rasa pasti pernah. Sebenarnya ini rasa yang mulai muncul ketika LDKS kelas 10 lalu. Dia manis dan tinggi. Tidak ada kriteria pasti. Yang jelas, saat saya melihatnya, saya tahu bahwa saya akan terus tertarik padanya.
Saya rasakan bahagia itu muncul ketika melihat seulas senyum tersimpul jelas di bibirnya. Senyum yang manis. Jika kau bertanya bagaimana dia, kurasa dia anak yang baik-baik. Kami kerap kali bertemu di masjid sekolah. Dia pun salah satu anggota yang cukup penting di ekskul agama. Dia bisa main gitar, saya pernah melihat tangannya cukup lihai memainkan gitar. Makin lama, rasanya semakin berbeda ketika kami bertemu, bahkan ketika sesekali kami bertatap wajah. Saya tidak mengerti, terlebih tidak berani untuk menyimpulkan perasaan saya sendiri.. dan hati saya tetap terjaga untuk itu.
Ketika saya menginjak kelas 11. Saya berpikir bahwa jangan pernah Déjà vu. Jangan pernah merasakan sama halnya seperti kelas 8 lalu. Namun, saya tidak cukup kuat untuk menahan itu. Saya mulai tertarik padanya, "The Amazing Spiderman". Ah konyol, tentu dia tidak bisa melayang dari satu gedung ke gedung lain atau mengeluarkan jaring-jaring dari tangannya.
Tapi ketika saya melihatnya, sosok Andrew Garfield-lah yang muncul di benak saya. Tidak. Mirip pun tidak. Dia memang cukup tinggi, rambutnya hitam ikal, dan berkaca mata. Apa karena kacamatanya yang buat saya mengatakan bahwa dia mirip Andrew Garfield? Entahlah.. Saat kali pertama saya melihatnya, itulah yang saya rasakan. Jika sekarang kamu bertanya bagaimana dia, kurasa dia juga anak yang baik-baik. Orangnya tidak banyak gaya dan cukup buat saya penasaran. Kami kerap kali bertemu di masjid sekolah. Faktanya, setiap Rabu dia adalah salah satu alasan saya cukup semangat olahraga pagi. Dia tidak jarang terlambat. Setidaknya setiap saya melihat ke pinggir lapangan, dia selalu ada. Dan itu cukup.
0 Comments:
Post a Comment