Makna Lagu: Taylor Swift - The Prophecy
![]() |
Taylor Swift - The Tortured Poets Department |
Hand on the throttleThought I caught lightning in a bottleOh, but it's gone againAnd it was written I got cursed like Eve got bittenOh, was it punishment?
Konon, sedikitnya manusia masih memiliki harapan di tengah keputusasaannya. Hal ini digambarkan oleh Taylor layaknya mencengkeram erat sebuah botol dan berharap dapat menangkap cahaya—keajaiban yang nampaknya sulit diraih—yang dimaksudkan harapan untuk nasib yang baik. But it's gone again, katanya.
Sebagai perempuan, Taylor mengaitkan hal ini pada kisah Hawa sebagaimana takdirnya yang tertulis. Bertanya-tanya apakah kesedihan ini juga hukuman untuknya?
Sebagai perempuan, Taylor mengaitkan hal ini pada kisah Hawa sebagaimana takdirnya yang tertulis. Bertanya-tanya apakah kesedihan ini juga hukuman untuknya?
Cards on the tableMine play out like fools in a fableIt was sinking inSlow is the quicksandPoison blood from the wound of the pricked handOh, still I dream of him
Ia pun mencoba peruntungan atas takdirnya, tapi hasil berkata lain. Semakin ia mencoba, semakin ia merasa tenggelam dalam keputusasaan. Layaknya terperangkap dalam pasir hisap dan berusaha tidak sepenuhnya tenggelam.
Pada bagian ini, lagi-lagi Taylor mengaitkannya pada sebuah kisah, kali ini tentang Putri Tidur. Dikisahkan Sang Putri mendapat kutukan akan jarinya yang tertusuk dan lekas mati—poison blood from the wound of the pricked hand. Kemudian kutukan tersebut berhasil diubah. Alih-alih mati, gantinya Sang Putri tertidur selama ratusan tahun.
Pada bagian ini, lagi-lagi Taylor mengaitkannya pada sebuah kisah, kali ini tentang Putri Tidur. Dikisahkan Sang Putri mendapat kutukan akan jarinya yang tertusuk dan lekas mati—poison blood from the wound of the pricked hand. Kemudian kutukan tersebut berhasil diubah. Alih-alih mati, gantinya Sang Putri tertidur selama ratusan tahun.
Namun pada kisah Taylor, apa yang didapatkannya? Iya. Dirinya masih saja dikutuk. Sebab alih-alih melupakannya, ia masih mendapati sosok pria tersebut di tidurnya—still I dream of him.
Pad around when I get homeI guess a lesser woman would've lost hopeA greater woman wouldn't beg, but I looked to the sky and said"Please I've been on my knees. Change the prophecy. Don't want money. Just someone who wants my company. Let it once be me"Who do I have to speak to about if they can redo the prophecy?
Merasa sendiri dan kesepian, hati dan logikanya bertentangan. Ia tahu hanya wanita lemah yang hilang harapan sementara wanita kuat tidak akan mengemis.
Namun di tengah keputusasaannya, ia bersimpuh, menengadah, memohon untuk diubah takdirnya. Ia hanya ingin bersama seseorang yang mencintainya dan menemani sisa hidupnya. Sekali saja semesta berpihak padanya. Let it once be me, katanya. Kepada siapa ia harus memohon agar bisa mengubah nasibnya?
And I sound like an infantFeeling like the very last drops of an ink penA greater woman stays cool, but I howl like a wolf at the moonAnd I look unstable gathered with a coven round a sorceress' table
Sebagai penulis, Taylor dikenal sering menuangkan perasaan dan harapan akan hidupnya dengan menuliskannya di sebuah buku. Metafora tinta penanya yang kian pudar, menggambarkan dirinya yang kini mulai ragu, kehilangan harapan, dan kehabisan waktu—feeling like the very last drops of an ink pen.
Katanya, wanita yang kuat akan bertahan. Sementara ia menangis memohon pertolongan, melolong marah layaknya serigala. Berharap teriakannya dapat terdengar. Rasa frustasi ini mulai merenggut kewarasannya.
Katanya, wanita yang kuat akan bertahan. Sementara ia menangis memohon pertolongan, melolong marah layaknya serigala. Berharap teriakannya dapat terdengar. Rasa frustasi ini mulai merenggut kewarasannya.
A greater woman has faith but even statues crumble if they're made to waitI'm so afraid I sealed my fateNo sign of soulmatesI'm just a paperweight in shades of greigeSpending my last coin so someone will tell me it'll be okay
Konon, wanita yang kuat berpegang teguh pada keyakinannya. Namun sekuat apapun, ia percaya akan rapuh juga. Pada titik ini, ia mulai ketakutan, ia takut nasibnya sudah terkunci tertutup. Di mana belahan hatinya? Hidupnya terasa hampa. Layaknya melempar koin permohonan, Taylor mengorbankan segala sesuatu miliknya yang tersisa hanya untuk mendapatkan sedikit harapan bahwa semua akan baik-baik saja.
A greater woman wouldn't beg but I looked to the sky and said, "Please"
Dengan harapan terakhir, ia menutup lagu ini dengan memohon, sekali lagi.